Senin, 08 Oktober 2012

Pengertian Wudhu

FARDHUNYA WUDHU


بسم الله الرحمن الرحيم…
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته…
Segala puji bagi allah kami masih diberi nikmat kesehatan oleh allah S.w.t sehingga kami bisa mengantarkan ilmu allah ini di depan saudara semua. Shalawat dan salam kita selalu haturkan keharibaan junjungan nabi besar muhammad S.A.W yang dengan perjuangan beliau –lah kita bisa berjalan diatas bumi ini dengan cahaya islam dan menjadi ummat terbaik di akhir zaman kelak. Sholawat serta salam itu kami haturkan pula kepada keluarga dan sahabat beliau yang telah mengorbankan jiwa raga dan hartanya dalam membantu perjuangan beliau.
Kali ini kita akan membahas pasal yang berkenaan dengan perkara – perkara yang menjadi syarat wajibnya sholat.
Dan untuk diketahui, sumber tulisan ini berasal dari kitab FATHUL QORIB ALMUJIB karangan asy syeikh muhammad bin Qasim Al – ghazy ( semoga Allah mencurahkan rahmat dan ridho tiada tara kepada beliau ). Beliau adalah salah satu penerus dari madzhab imam Asy – Syafi’i ( semoga Allah mencurahkan rahmat dan ridho tiada tara kepada beliau ). Pada dasarnya kitab ini merupakan sebuah ringkasan dari kitab – kitab Fiqih imam penuntun ummat Muhammad Bin Idris Asy – Syafi’i yang rasanya sulit bagi masyarakat awam untuk membaca hasil karya beliau yang sangat banyak. Oleh karena itulah beliau (syeikh muhammad bin Qasim Al – ghazy ) meringkas perkara – perkara yang menjadi pokok dalam tata cara beribadah yang benar dalam kitab – kitab hasil karya imam asy –syafi’i  hingga memudahkan dalam memahami dan menghafalnya. Tak pelak keberadaan kitab ini selalu ada di mayoritas pesantren – pesantren di Indonesia untuk diajarkan bagi santri – santri pemula.
فصل في فروض الوضوء
وهو بضم الواو فى الاشهار اسم للفعل وهو المراد هنا وبفته الواو اسم لما يتوضؤ به ويشتمل الاول على فرض وسنن. وذكر الوصنف الفروض في قوله وفروض الوضوء ستة اشياء احدها النية وحقيقتها شرعا قصد شيئ مقترنا بفعلفان تراخى عنه سمي عزما وتكون النية عند غسل اول خزء من الوخه اي مقترنة الخزءلا بخميعه ولا بما قبله ولا بما بعده. فينوي المتودئ عند غسل ما ذكر رفع حدث من احداثه او ينوي فرض الوضوء فقط او الطهارة عن الحدث. فان لم يكل عن الحدث لم يصح وادا نوى ما يعتبر من هذه النيات وشرك معه نية تنضف او تبرد صح وضوءه. والثاني غسل خميع الوجح وحده طولا ما بين منا بت الشعر الرءس غالبا واخر اللحيين وهما العضمان اللذان ينبت عليهما الاسنان السفلى يجتمع مقدمهما فى الذقن ومؤخر هما فى الاذن وحده عرضا ما بين الاذنيين. واذا كان على الوخه شعر خفيف او كثيف وخب ايصال الماء اليه مع البشرة التي تحته. واما لحية الرخل الكثيفة بان لم ير المخا طب بشر تها من خلا لها فيكفي غسل ضاهرها بخلاف الخفيفة وهي ما يرى المخاطب بشرتها فيجب ايصال الماء لبشرتهما ولو كثيفا ولا بد مع غسل الوجه من غسل جزء من الرءس والرقبة وما تحت الذقن. والثالث غسل اليدين الى المرفقين فان لم يكن له مرفقان اعتبر قد رهما ويجب غسل ما على اليدين من شعر وسلعة واصبع زائدة واظافير ويجب ازالة ما تحتها من وسخ يمنع وصول الماء اليه. والرابع مسح بعض الرءس من ذكر او انثى او مسح بعض شعر في حدالرءس ولا تتعين اليد للمسح بل يجوز بخرقة وغيرها ولو غسل رءسه بدل مسحها جاز ولو وضع يده المبلولة ولم يحرقها جاز. والخامس غسل الرجلين هلى الكعبين ان لم يكن المتوضئ لابسا للخفين فان كان ليبسهما وجب عليه مسح الخفين او غسل الرجلين. ويجب غسل ما عليهما من شعر وسلعة واصبع زا ئدة كما سبق فى اليدين والسادس الترتيب فى الوضوء على ما اي على الوجح الذي ذكرناه فى عددالفروض فلو نسي الترتيب لم يكف ولو غسل اربعة اعضائه دفعة واحدة بااذنه ارتفععحدث وجحه فقط

Pasal tentang beberapa fardhunya wudhu.
Kata “ وضوء “ dengan dibaca dhommah huruf “wawu”nya, menurut pendapat yang lebih masyhur menunjukkan nama dari suatu perbuatan pengertian semacam inilah yang dimaksudkan disini. dan dengan dibaca fatha huruf “wawu”nya menunjukkan nama dari suatu banda yang digunakan untuk berwudhu ( yaitu air ).
Wudhu dalam arti pengertian yang pertama tadi mengandung beberapa fardhu dan beberapa sunnah.
Penyusun kitab ( asy syeikh Muhammad bin qasim al – ghazy ) ini menyebutkan fardhunya wudhu pada perkataannya yaitu : “ beberapa fardhunya wudhu itu ada enam ( 6) perkara :
1. Niat
Menurut pandangan syara’, hakikat niat adalah di dalam hati, yakni bermaksud pada sesuatu seraya dibarengkan dengan mengerjakannya. Jadi, apabila maksudnya tadi tidak sekaligus disertai dengan mengerjakannya maka hal ini disebut dengan “ azam “.
Niat tersebut dilakukan saat membasuh permulaan sebagian dari wajah ( muka ) yakni niat itu dibarengkan dengan sampainya air ke wajah, bukan sebelum selesai secara keseluruhannya, bukan sebelum membasuhnya, dan juga bukan sesudahnya.
Bagi orang yang sedang berwudhu, ketika ia membasuh apa yang telah diterangkan tadi ( sebagian dari wajah ), harus niat menghilangkan hadast dari sekian banyak hadast – hadastnya. Atau ia niat menunaikan ( syarat ) diperkenankannya mengerjakan sesuatu yang diperlukan harus wudhu, atau niat mengurangkan fardhunya wudhu saja, atau niat menghilangkan hadast.
Jadi, apabila orang yang berwudhu tadi tidak mengucapkan niat menghiangkan hadast, maka tidak dianggap sah wudhunya .
ketika ada orang berwudhu ia berniat seperti apa yang sudah lazim berlaku pada tata cara niat tadi, disamping itu ia sertakan pula niat membersihkan badan, atau disertakan niat agar bersih badannya, maka bisa dianggap sah wudhunya.
2. Membasuh sebagian muka secara keseluruhan.
Adapun batas – batasnya ( wajah yang harus dibasuh ) dari atas ke bawah dari mulai tumbuhnya rambut kepala menurut ukuran umumnya orang, hingga sampai pada bagian bawah kedua janggut, yaitu kedua tulang yang padanya tumbuh gigi bagian bawah, dimana kedua tulang itu permulaanya berkumpul di dagu,sedang pada bagian akhirnya ada di sekitar telinga.adpaun batas lebarnya ( muka ) yaitu batas antar 2 telinga. Dan apabila pada bagian wajah terdapat rambut yang rumbuh, baik rambut itu jarang – jarang atau lebat, maka wajib membasuhnya hingga air sampai pada kulit yang ada di bagian bawahnya rambut.
Adapun jenggot laki- laki yang lebat, sekiranya orang yang berbicara didepanya tidak dapat melihat kulitnya dari sela – sela jenggot, maka cukuplah membasuh muka pada bagian yang tampak saja. Berbeda dengan jenggot yang tipis, yaitu sekiranya orang yang berbicara didepanya dapat melihat kulitnya, maka dalam hal ini wajib membasuhnya hingga air itu mengena ke bagian kulit. Dan persoalan itu berbeda pula dengan jenggotnya orang perempuan dan banci. Wajib bagi mereka ( wanita dan banci ) untuk membasuh jenggotnya sampai air itu mengenai bagian kulit mereka walaupun jenggotnya tebal. Dan bagi wanita, disamping harus membasuh wajah agar sempurna bagian muka,maka basuh juga bagian dari kepala, laher dan bagian – bagian yang ada di bagian bawah dagu.
3. Membasuh kedua tangan hingga sampai pada siku – siku.
Maka, bila seseorang tidak memiliki siku – siku, maka yang harus dibasuh adalah bagian yang diperkirakabn sebagai siku – sikunya. Dan wajib juga membasuh bagian – bagian yang ada di dua tangan, seperti bulu, kutil ( daging yang tumbuh berlebih ), jari – jari tambahan dan kuku – kuku. Dan wajib pula menghilangkan kotoran yang ada di bagian bawah kuku – kuku yang bisa mencegah air sampai padanya.
4. Mengusap sebagian dari kepala, baik laki – laki maupun perempuan.
Atau mengusap sebagian rambut yang masih ada pada batas kepala. Sedangkan dalam hal mengusap ini tidak harus dengan tangan tetapi bisa saja memakai secarik kain dan lainnya.dan seandainya ada orang yang tidak mengusap kepala, tetapi sebagai gantinya ia membasuhnya, maka boleh – boleh saja.dan demikian pula bila ada orang hanya meletakkan tangannya yang sudah dibasahi dikepalanya tanpa menggerak – gerakkan, itupun diperbolehkan.
5. Membasuh 2 kaki dan 2 mata kaki.
Hal itu bila orang tersebut tidak memakai muzzah ( kaus kaki ), sedang bila ia memakai muzzahnya, maka ia wajib mengusap muzzahnya atau mambasuh ke 2 kaki. Dan wajib juga membasuh apa – apa yang ada di 2 kaki tersebut seperti bulu, kutil dan jari – jari tambahan sebagaimana keterangan sebelumnya pada masalah membasuh kedua tangan.
Catatan : muzzah biasanya dipakai khusus pada musim sangat dingin sebagai keringanan ( ma’fu ) bagi orang yang tidak tahan thd air dingin.
6. Harus tartib untuk mengerjaka wudhu.
Sesuai urut – urutan dalam mengerjakan fardhu – fardhunya. Maka bila orang mengerjakan wudhu lupa akan tartib, maka tidak sah wudhunya. Dan apabila ada 4 orang yang membantu mambasuh anggota tubuh orang yang berwudhu serentak hanya dengan sekali basuhan, maka yang hilang hanya hadast bagian mukanya saja ( ia baru dianggap membasuh mukanya saja ). WALLAHU A’LAM BISHSAWAB
SUMBER : KITAB FATHUL QORIB ( BAB FARDHU WUDHU )
PERHATIAN !!!
DIANJURKAN BAGI SAUDARA – SAUDARA ANE SESAMA MUSLIM UNTUK MENYEBARKAN SELURUH ARTIKEL DI BLOG ANE INI ( KHUSUSNYA HALAMAN TENTANG HUKUM FIQIH ) DENGAN KETENTUAN MENYERTAKAN ALAMAT BLOG ANE DI BAWAH POSTINGAN ARTIKELNYA ( seperti contoh dibawah ). Syukron katsiron
sumber artikel : http://www.muhammadabrory.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar