A. PENDAHULUAN
Berfilsafat sebagai bagian rutin yang di lakukan oleh akal manusia yang memiliki cakupan luas telah di mulai dari zaman kuno sampai zaman modern sekarang. Sehingga menimbulkan banyak anak dan cabang filsafat yang diterapkan pada segala hal. Salah satu dari hasil dan macam filsafat Padalah ontologi yang membicarakan prinsip dasar atau paling dalam dari sesuatu yang ada, Ontologi inilah yang merupakan kajian pertama yang dilakukan oleh para filosof pertama pada zaman Yunai tempo dulu yang telah memikirkan hakikat dari sesuatu yang ada, darimana sesuatu itu ada, dan bagai mana suatu itu ada, dan Ontologi ini terus berkembang sampai ikut pula para Filosof Islam hingga dapat menemukan titik tentang tentang hakikat dari yang ada.
B. ONTOLOGI
Term Ontologi pertama kali dikenalkan oleh Rudolf Goclenius (1636 M) dia membagi Metafisika manjadi dua, yaitu metafisika Umum (Ontologi) dan Metafisika Khusus [1].
1. Ontologi menurut bahasa.
Ontologi berasal dari bahas Yunai yaitu On \ Ontos = Ada dan Logos = Ilmu tentang ada.
2. Ontologi menurut Istilah.
Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat sesuatu yang ada[2].
Ahmad Akbar dalam bukunya filsafat Ilmu mengatakan dalam Ontologi akan ditemukan beberapa paham berbeda yaitu Monoisme, Dualisme, Pluralisme, Nihilisme, Agnostisisme. Pada tiap-tiap paham itu akan ditemikan paham dan pemikiran yang berbeda serta para penganut paham aliran itu mengemukakan pendapat yang berbeda .
- Monoisme
Paham ini yang melahirkan paham Materialisme dan idialisme dimana cara pandang Monoisme yang menyatakan bahwa hakikat dari sesuatu haruslah berasal dari satu hakikat saja. Pertama cara pandang Materialisme, paham ini memandang bahwa realitas seluruhnya adalah materi belaka.
Tokoh aliran ini adalah Ludwig Freuerbech ((1804-1872 M ) menurutnya hanya alamlah yang ada dan manusia adalah bagian dari alam[3].
Paham Materialisme lebih banyak dikemukakan oleh para filosof Yunani pertama salah satunya Thales, ia berpendapat bahwa unsur asal adalah air dikarenakan air sangat penting bagi kehidupan. Anaximandros, ia mengatakan bahwa unsur asal adalah udara karena udara merupakan sumber dari segala kehidupan. Demokritos, ia berpendapat bahwa hakikat ala mini merupakan Atom-atom yang banyak jumlahnya dan amat halus yang dari atom inilah yang merupakan asal kejadian alam[4] dan masih banyak lagi. kedua Idialisme yang diambil dari kata ideal yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh atau sukma atau sejenis atau sejenis dengannya yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang, materi atau itu hanyalah suatu jenis dari penjelmaan rohani[5].
- Dualisme
Aliran Dualisme berpendapt bahwa benda terdiri dari dua macam hakiakt sebagai asal sumbernya yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan ruh, jasad dan sepirit. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, hubunga keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini contoh yang jelas tentang kerjasama kedua hakikat ini adalah dalam diri manusia.
Tokoh dari Dualisme adalah Descartes ( 1596-1650 M ) yang dianggap sebagai bapak filsafat Modern. Ia menamakan kedua hakekat itu dengan istilah kesadaran (ruhani) dan dunia ruang (kebendaan).[6] Descartes menyangsikan segala-galanya dan menerapkan metode keragu-raguan, artinya keraguan ini harus meliputi seluruh pengetahuan yang dimilki, termasuk juga kebenaran –kebenaran yang sampai kini dianggapnya sudah final dan pasti. Misalnya bahwa ada suatu dunia materi bahwa saya mempunyai tubuh, kalau terdapat suatu kebenaran yang tahan dalam kesangsian yang radikal, itulah kebenaran yang sama sekali pasti dan harus dijadikan dasar bagi seluruh ilmu pengetahuan. Cogito ergo sum : saya yang sedang menyangsikan, ada. cogito ergo sum berasal dari kata Latin ‘saya berfikir jadi saya ada” akan tetapi yang dimaksud berfikir disini ialah menyadari . jika saya sangsikan, saya menyadari bahwa saya sangsikan. Kesangsian secara langsung menyatakan adanya saya [7]. Paham ini kemudian dikenal denga paham Rasionalisme yaitu paham filsafat yang menyatakan bahwa akal ( Reason) adalah alat terpnting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan.
Umumnya manusia tidak akan mengalami kesulitan untuk menerima prinsip dualisme ini, karena setiap kenyataaan lahir dapat segera ditangkap oleh panca indra kita, sedang kenyataan batin dapat segera diakui adanya oleh akal dan perasaan hidup.[8]
- Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme mengemukakan paham bahwa adanya sesuatu dan hakikat sesuatu bersumber dari berbagai macam unsur . Tokoh aliran ini adalah Anaxagoras dan Empedocles yang menyatakan bahwa subtansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur : Tanah, Api, Air, dan Udara.
Tokoh modern adalah Wiliam james 1842 – 1910 M. yang dikenal sebagai psikolog Filosof Amerika. Dalam bukunya The Meaning of Trurth, mengemukakan tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, karena dalam prakteknya apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya[9].
Menurut hemat kami kenyataan yang ada di dunia ini terdiri dari bergabi macam hal karena kemungkinan besar adanya suatu hal lain yang bisa mengantarkan kepada kenyataan yang lain, sehingga dunia ini bersifat plural.
- Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa latin ; Nothing atau tidak ada. Istilah ini yang diperkenalkan oleh Ivan Turgenif . Doktrin Nihilisme sebenarnya sudah ada semenjak zaman Yunani kuno yaitu pada pandangan Gorgies yang memberikan tiga proposisi tentang realitas pertama tidak ada suatupun yang eksis, Realitas itu sebenarnya tidak ada. Menurut Zeno ia juga menyimpulkan bahwa realitas itu tunggal dan banyak, terbatas dan tidak terbatas, diipta dan tidak dicipta. Karena kontra diksi tidakdapat diterima maka, pemikiran lebih baik tidak menyatakaan apa-apa tentang realitas. Kedua bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui. Ini disebabkan pengindraan itu tidak dapat dipercayan, alias sumber ilusi. Akal juga tidak mampu tantang hakikat alam semesta ini karena kita telah dikungkung oleh delim subjektif. Kita berfikir sesuai dengan kemauan ide kita yang kita terapkan pada fenomena. Ketiga sekalipun realitas dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beriakn kepada orang lain [10].
- Agnostisisme
Kata Agnostisisme berasal dari bahas Grik Agnotos yang berarti Unknown A artinya not, Gno artinya Know. Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda baik materi maupun rohani.
Timbulnya aliran ini disebabkan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara kongkrit dan selalu menyangkal akan adanya suatu kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal atau mutlak yang bersifat Trancendent.[11].
Aliran ini dapat ditemui dalam filsafat eksistensi dengan tokohnya seperti, Soren Kierkegger, Heidegger, Sarter, dan Jaspers.
Karl Jasper ( 1883-1969 M) menyangkal adanya kenyataan yang bersifat transenden. Yang mungkin itu hanyalah manusi berusaha mengatasi dirinya sendiri dengan membawakan dirinya yang belum sadar kepada kesadaran yang sejati, namun suatu yang mutlak ( Transenden ) itu tidak ada sama sekali, jadi agnostisisme adalah paham pengingkaran atau penyangkalan terhadap kemampuan manusia dalam mengetahui hakekat benda baik materi maupun rohani. Aliran mirip dengan Skeptisisme yang beranggapan bahwa manusia diragukan kemampuannya dalam mengetahui hakekat. Namun tampaknya Agnotisisme lebih dari itu karena menyerah sama sekali.[12]
- PENUTUP
Ontologi yang merupakan bagian dari filsafat merupakan asal dan perangsang timbulnya filosof lain karena dari ontologi manusia terus bertanya dari mana, kenapa, siapa, dan apa dari sesuatu yang ada sekalipun para filosof yunani tempo dulu masih tak bertuhan tapi bisa menimbulkan kontradiksi yang teru berkembang.
Daftar pustaka
A. tafsir, filsafat umum, ( Bandung : Rosda karya , 2002 Jujun S. Suria Sumantri, Filsafatn Ilmu , sebuah pengantar populer , (Jakarta: Pustakan sinar harapan,1996)
Bantiar Amsal, Filsafat Umum, ( Jakarta : PT. Persada, 2004)
Harun Hadi wijono , Sari sejarah filsafat barat 2,(Yogyakarta: kanisius, cet. 18, 2002)
Suhendi H. Hendi ,Filsafat Umum,Dari metodologi sampai Teofilosofi, ( Bandung; CV. Pustaka Setia 2008)

[1] Bantiar Amsal, Filsafat Umum, ( Jakarta : PT. Persada, 2004), hal . 134.
[2] Ibid , hlm.134.
[3] Suhendi H. Hendi,Filsafat Umum,Dari metodologi sampai Teofilosofi, ( Bandung; CV. Pustaka Setia 2008)
[4] Jujun S. Suria Sumantri, Filsafatn Ilmu , sebuah pengantar populer , (Jakarta: Pustakan sinar harapan,1996), hal.64.
[5] Hasbullah bakry, hlm. 56
[6] Harun Hadi wijono , Sari sejarah filsafat barat 2,(Yogyakarta: kanisius, cet. 18, 2002),hlm. 18
[7] Suhendi H. Hendi,Filsafat Umum,Dari metodologi sampai Teofilosofi ( Bandung; CV. Pustaka Setia 2008), hlm. 250.
[8] Bantiar Amsal, Filsaft Umum, ( Jakarta : PT. Persada, 2004) hal, 143.
[9] Harun Hadi wijono, op. cit. hl;m 132.
[10] A. tafsir, filsafat umum, ( Bandung : Rosda karya , 2002), hlm.515
[11] Hasbullah bakry, hlm. 60
[12] Bahtiar Amsal, op. cit. hlm. 148
Tidak ada komentar:
Posting Komentar